Gubernur Bank Sentral Korea (BOK), Rhee Chang-yong, kembali menegaskan bahwa BOK memiliki keuangan dan sarana yang memadai untuk melakukan intervensi guna mengurangi volatilitas dan menstabilkan nilai tukar won-dolar.
Menurut Rhee, kekuatan dolar hanya bersifat sementara. Dia menganalisis bahwa dampak perkiraan penundaan penurunan suku bunga AS terhadap nilai tukar tidak akan bertahan lama dibandingkan pertengahan tahun 2022, saat suku bunga dinaikkan.
Dalam pembicaraan di Washington D.C. pada Rabu (17/4) waktu setempat, Rhee menuturkan bahwa nilai tukar di Korea Selatan berada sedikit di luar tingkat yang dapat diterima oleh fundamental pasar, namun pihaknya memiliki sumber daya dan sarana yang memadai untuk melakukan intervensi yang efektif guna mengurangi volatilitas.
Rhee menjelaskan, selain perubahan ekspektasi terhadap kebijakan moneter AS, nilai tukar Korea Selatan juga dipengaruhi oleh ketegangan geopolitik, serta tekanan terhadap mata uang yen Jepang dan yuan Cina, yang berpengaruh besar dalam nilai tukar beberapa minggu terakhir.
Namun, Gubernur BOK menilai lonjakan nilai tukar yang terjadi belakangan ini hanya bersifat sementara, berbeda dengan situasi satu setengah tahun lalu ketika AS menaikkan suku bunga kebijakan secara signifikan sebesar 0,75% poin.
Rhee juga mengemukakan bahwa dolar menguat dikarenakan prospek penundaan penurunan suku bunga pertama bank sentral AS, The Fed, dan jika ketidakpastian tersebut hilang, maka tekanan pada mata uang negara berkembang akan mereda.