Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya ketahanan pangan akibat perubahan iklim seperti gelombang panas dan kekeringan,  sektor pertanian cerdas atau 'Smart Farming' kini muncul sebagai inisiatif yang dapat menghasilkan produk pertanian secara stabil.

'Smart Farming' merupakan metode budidaya siklus alami baru yang meminimalkan pencemaran lingkungan melalui simbiosis dengan ikan.

Di kebun cerdas tempat sayuran ditanam, ruang penanaman diperluas empat kali lipat dengan menumpuk rak dalam empat tingkat dan air yang menggantikan tanah untuk menyediakan nutrisi bagi tumbuhan.

Air tersebut disuplai dari sebuah tangki di sebelahnya di mana ikan air tawar seperti ikan mas cermin dan ikan tilapia dibudidayakan.

Bahan organik yang dihasilkan dari ikan-ikan tersebut disuplai sebagai pupuk cair untuk tumbuhan dan sayuran yang ditanam. 

Air yang disuplai dengan cara ini kemudian dimurnikan saat melewati akar tanaman, lalu air dimurnikan itu dialirkan kembali ke tempat ikan yang dibudidayakan. 

Semua proses ini dilakukan secara otomatis, sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan hanya untuk memberikan ikan makanan dan memanen tumbuhan atau sayuran. 

Sebanyak 10 ton sayuran dihasilkan di kebun pertanian cerdas seluas 300㎡ itu setiap tahun dan penjualan tahunannya mencapai sekitar 200 juta won.

Para petani yang menerapkan metode pertanian sirkulasi alami baru ini berencana untuk mencoba menanam tanaman obat dengan cara yang sama.