Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Sejarah

Pangeran Kerajaan yang Dibuang

2018-08-01

ⓒ KBS

Pada zaman dahulu kala di kerajaan Shilla, lahirlah seorang bayi laki-laki tepat pada hari Dano, yaitu tanggal 5 Mei pada kalender bulan.


Bayi laki-laki itu lahir dari seorang selir dari raja Gyeongmun yang telah diusir.


Pada saat ia lahir, dari atap istana muncul sebuah cahaya dan pelangi yang sangat terang.


Seorang peramal di istana menganggap kejadian itu sebagai pertanda yang tidak baik, oleh karena itu dia segera memberitahukannya kepada Raja.


Peramal : Yang mulia, hari ini hari Dano, muncul kekuatan matahari yang paling kuat dalam sepanjang tahun. Bahkan pelangi juga muncul. Hal ini adalah pertanda buruk bahwa bayi yang lahir pada hari ini memiliki nasib untuk menghancurkan negara ini.


Setelah mendengar ramalan tersebut, sang Raja memerintahkan untuk membunuh anaknya.


Raja : Bunuhlah anak itu. Dia lahir pada hari Dano. Dia hanya akan tumbuh dan membawa malapetaka bagi kerajaan ini.


Akan tetapi para pengawal kerajaan tidak berani membunuh bayi laki-laki itu, mereka kemudian menjatuhkannya ke bawah jembatan.


Di bawah jembatan, diam-diam ibu pengasuh bayi laki-laki itu berhasil menangkapnya.


Namun malang, jari ibu pengasuh itu menusuk mata sang bayi saat dia berusaha menangkapnya.


Sehingga meskipun berhasil menyelamatkan nyawa sang bayi, bayi itu kehilangan penglihatannya.


Bayi laki-laki itu kemudian diberi nama Gungye dan tumbuh dengan diasuh ibu pengasuhnya.


Gungye tidak mengetahui jati dirinya dan menganggap ibu pengasuh itu sebagai ibu kandungnya.


Gungye yang kecil sangat aktif dan nakal, oleh karena itu sang ibu pengasuh memberi tahu identitas asli Gungnye.


Ibu susu : Aduhhh kamu ini nakal sekali Gungye, suka lari-lari dan tidak mematuhi perintah ibu.


Gungye : HiHiHi...biarin.


Ibu susu : Dengarlah Gungye. Ibu punya satu cerita untukmu. Kamu harus mendengarkannya.


Gungye : Cerita apa ibu?


Ibu susu : Sebenarnya kamu adalah anak seorang raja. Kamu adalah pangeran yang dibuang.


Gungye : Apa kata Ibu? Saya putra raja? Saya dibuang?


Setelah mengetahui hal itu, Gungye sangat sedih sekaligus marah.


Dia kemudian pergi ke kuil di dalam hutan dan tumbuh menjadi seorang biksu.


Waktu berlalu sampai akhirnya kerajaan Shilla menjadi kacau karena para bangsawan berebut harta dan kekuasaan kerajaan.


Para bangsawan itu sama sekali tidak memikirkan kepentingan rakyat, sehingga banyak pencuri yang muncul dan mengganggu rakyat.


Gungye sangat marah melihat keadaan negerinya, ia pun berjanji untuk merubah keadaan tersebut.


Gungye : Negara ini menjadi kacau karena ulah orang-orang yang tidak peduli dengan rakyat. Saya harus berbuat sesuatu. Baik, saya akan bertapa di dalam hutan ini.


Setelah bertapa, Gungye mendapat pencerahan dan keluar dari kuil. 


Ia kemudian masuk sebuah kelompok perampok dan mengubah mereka menjadi prajurit pendukung rakyat. 


Para prajurit itu sangat menghormati Gungye dan mendukung usaha Gungye dalam menolong rakyat kecil.


Para bangsawan yang memiliki banyak harta kemudian menyerah pada Gungye.


Tentara Gungye yang semakin kuat kemudian mendirikan sebuah negeri bernama Taebong.


Gungye : Dulu Silla bekerjasama dengan Dinasti Dang dalam menaklukkan Guguryeo. Sekarang saya akan membalas budi untuk Goguryeo.


Siapa yang menyangka bahwa seorang pangeran dari kerajaan Shilla yang dibuang akhirnya dapat tumbuh dan menjadi seorang raja. 

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >