Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Budaya

Hari Minggu – Lee Hyo-seok

2023-07-14

ⓒ Getty Images Bank
Jun-bo keluar dari rumahnya. Ia baru saja menyelesaikan manuskrip satu minggu setelah batas akhir yang ditentukan, dua bulan setelah penerbit majalah itu memintanya untuk menulis.

Ia membutuhkan waktu hampir 10 hari untuk menyelesaikan 70 halaman tersebut. Kecepatan menulisnya tidak cepat, namun juga tidak lamban, namun ini adalah karyanya setelah duduk di depan meja tulisnya, menulis hingga lewat tengah malam dan sepanjang subuh hingga sebelum tengah hari.

- Cuplikan program:


Sambil melihat para lembu yang tidak berdosa itu mengoceh di bawah lampu yang terang, Jun-bo yang duduk di depan mejanya dengan pikiran kosong itu tiba-tiba merasakan kebahagiaan yang berbeda dari yang ia rasakan sebelumnya di jalanan. Kebahagiaan itu bukanlah kebahagiaan yang dirasakan oleh orang dewasa, namun kebahagiaan dari dunia anak-anak, kebahagiaannya yang sempurna, tidak egois dan tidak ternodai. Hatinya yang keras pun perlahan menjadi lembut dan membaur dalam dunia anak-anak itu.

“Ini dia. Aku harus menulis cerita anak-anak, cerita pertumbuhan mereka...”

밝은 등불 아래에서 재깔거리는 그 무심한 양을 바라보면서
책상 앞에 우두커니 앉아 있는 준보에게는
낮에 거리에서 느낀 것과는 또 다른 행복감이 유연히 솟아올랐다.
어른의 세상의 행복이 아니라 아이들 세상의 행복이었다.
흠 없고 무욕하고 깨끗한 행복감이었다.
어느 곁엔지 마음이 따뜻하게 녹아지면서
차차 그 어린 세상 속에 화해 들어감을 느꼈다.

“옳지, 이것을 쓰자. 아이들의 소설을 쓰자.
 어린 것들의 자라는 양을 그리자”


Dalam kehidupan nyata, pengarang Lee Hyo-seok kehilangan istrinya di tahun 1940. Pengarang di jaman penjajahan Jepang sering kali menulis tentang pengalaman pribadi mereka. Berbeda dengan genre novel fiksi pribadi dalam sastra Jepang, fiksi pribadi dalam sastra Korea mengandung konteks politik dan budaya, serta identitas rahasia sebagai seorang pengarang yang tinggal di jaman penjajahan Jepang. Walau terinspirasi dari pengalaman hidupnya sendiri, cerita Lee Hyo-seok menggambarkan kehidupan para penulis Korea di jaman itu yang memiliki identitas diri yang kuat, serta psikologi yang kompleks.


Di meja Jun-bo sudah terletak pena dan kertas. Kertas putih yang kosong itu terlihat sangat cerah dan bersih seperti salju yang menyilaukan saat disinari oleh lampu. Sambil memikirkan tentang cerita anak yang hendak ia tulis, pikiran Jun-bo menjadi jernih, sebersih kertas putih itu.

“Ada satu lagi pekerjaanku yang tersisa di hari Minggu ini, yaitu menggambar dunia anak. Aku akan memberikan harapan dan kebahagiaan baru bagi manusia.”
Jun-bo, yang di pagi hari itu menulis cerita cinta, kembali mencelupkan penanya dalam botol tinta dan untuk mempersembahkan kebahagiaan lain kepada manusia. Sinar di ruangannya bersinar dengan terang, penuh dengan harapan yang akan mengisi lembar kosong itu.

Di tengah malam yang sepi itu, gema dari suara anak-anak yang sedang berbincang itu terdengar dengan jelas seperti dalam sebuah dongeng.

책상 위에는 원고지와 펜이 놓였다.
때 묻지 않은 하아얀 원고지가 등불을 받아 눈같이 희고 눈부시다.
그 깨끗한 처녀지 위에 적을 어린 소설을 생각하면서
준보의 심경도 그 종이와 같이 맑아졌다.

“일요일의 임무는 또 한 가지 남았던 것이다.
 어린 세상을 그리는 것이다.
 인류에 희망을 두고 다른 행복을 약속할 것이다”

아침에 사랑의 소설을 쓴 준보는 
이제 또 다른 행복을 인류에게 선사하려고 
잉크병 속에 펜을 잠뿍 담았다.
흰 원고지 위에 까맣게 적힐 이야기를 기대하면서 등불은 교교히 빛나고 있다.

조용한 밤 적막 속에 어린 것들의 재깔거리는 소리만이 
동화 속에서나 우러나오는 듯 영롱하게 울리는 것이었다.



Lee Hyo-seok (23 Februari 1907 – 25 Mei 1942)
- lahir di Pyeongchang, Propinsi Gangwon
- debut: cerita pendek “Kota Hantu” (1928)

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >