Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Budaya

Kincir Air – Na Do-hyang

2023-07-07

ⓒ Getty Images Bank
Kincir air itu bergemuruh setiap menghantam air dalam parit dan kembali mengguyur air itu dengan deras. Terdengar dengus napas para warga yang bekerja dari dalam rumah penggilingan itu, yang ditutupi oleh berlapis-lapis debu putih.

Air itu berdesir, menjelma menjadi bola-bola kaca, menjadi bubuk perak dan mengulur bagaikan batang bambu, sebelum terjun dan kembali menghantam bagaikan naga-naga biru dan putih yang menjulang sepuluh ‘li’ menuju sudut pegunungan. 

Air itu lalu kembali berputar menuju tengah sawah dan mengalir sejauh lima ‘li’ melewati desa tempat Bang-won tinggal, di mana kincir air itu berada.

- Cuplikan program: 


“Kamu tahu, kan, aku tidak bermain-main denganmu. Aku melakukan ini karena aku tidak punya anak laki-laki, maka itu aku ingin kamu melahirkan seorang putra untukku. Nanti semua hartaku akan jadi milikmu, kan? Ayolah, jangan begitu... Mau, ya, hari ini? Agar besok aku bisa mengusir Bang-won dan mengajakmu tinggal bersamaku.”

“Bagaimana tuan akan mengusirnya?”

“Ah, itu perkara mudah. Kalau aku mengusirnya, memang dia bisa berbuat apa?”


 “너도 알다시피 내가 너를 장난삼아 그러는 것도 아니겠고
 후사가 없어 그러는 것이니까, 네가 내 아들이나 하나 낳아주렴.
 그러면 내 것이 모두 네 것이 되지 않겠니?
 자아, 그러지 말고 오늘 허락을 하렴.
 그러면 내일이라도 방원이란 놈을 내쫓고 너를 불러들일 터이니” 

“어떻게 내쫓을 수가 있어요.” 

“허어, 그것이 그리 어려울 것이 무엇 있니.
 내가 나가라는데 제가 나가지 않고 배길 줄 아니?”


Di masa lalu, kincir air terletak jauh dari pusat desa dan memiliki fungsi sebagai tempat peristirahatan warga dan perantau. Namun, di tahun 1920an, saat warga Korea dilanda kemiskinan, kincir air juga menjadi simbol sosial yang menunjukkan bagaimana permasalahan ekonomi dapat mempengaruhi cara pandang warga mengenai hubungan antara pria dan wanita.


“Ayo kita lari dari sini dan hidup bersama seperti dulu lagi. Aku tidak sanggup membunuhmu dengan tanganku sendiri.”
“Aku tidak mau. Lebih baik aku mati. Aku tidak ingin hidup sengsara dan miskin seperti dulu lagi.”
“Mengapa kau berbicara seperti itu? Karenamu, aku kehilangan semua yang kumiliki. Aku bahkan dipenjara. Di penjara itu aku jadi tahu rasanya berada di neraka. Apa kamu masih tega menolak permintaanku?”
“Sejak dulu aku tahu, bahwa suatu saat aku akan mati di tanganku. Kalau pada akhirnya aku akan tetap mati, lebih baik kau bunuh saja aku sekarang.”

“옛날과 같이 나하고 멀리멀리 도망을 가자.
나는 참으로 나의 칼로 너를 죽일 수는 없다.”

“싫어요. 나는 죽으면 죽었지 가기는 싫어요.
이제 나는 그렇게 구차하고 천한 생활을 다시 하기는 싫어요.” 

“너의 입으로 정말 그런 말이 나오느냐?
 너는 나의 모든 것을 다 잃어버리게 한 후에 
 세상에서 지옥이라고 하는 감옥소에까지 가게 하였지.
 그러고도 나의 맨 마지막 원을 들어주지 않을 테냐?”

“나는 언제든지 당신 손에 죽을 것까지도 알고 있소.
 오늘 죽으나 내일 죽으나 언제든지 죽기는 일반,
 이렇게 된 이상 나를 죽이시오.”



Na Do-hyang (Seoul, 30 Maret 1902 – 26 Agustus 1926) - Debut: novel “Masa Muda” (1922)

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >