Selama musim panas tahun ini sempat terjadi gelombang hujan lebat, lalu kembali disusul oleh gelombang panas. Saat hujan lebat, curah hujan per jam kerap melampaui 100 milimeter, sementara suhu udara saat cuaca terik bisa melonjak hingga sekitar 40 derajat Celsius.
Melihat catatan pengamatan stasiun cuaca otomatis (AWS) Badan Meteorologi pada Jumat (15/08), intensitas curah hujan maksimum per jam yang melampaui 100 milimeter teramati empat kali pada Juli dan sembilan kali hingga 14 Agustus.
Bahkan hujan ekstrem dengan intensitas lebih dari 140 milimeter per jam yang terjadi tiga kali pada Juli–Agustus tahun ini, secara statistik merupakan peristiwa yang hanya terjadi sekali dalam ratusan tahun.
Hujan ekstrem tersebut terjadi di wilayah Hampyeong, Provinsi Jeolla Selatan dengan intensitas 147,5 mm; di Muan, Jeolla Selatan, 142,1 mm; serta di wilayah Deokjeok-myeon, Pulau Deokjeok, Incheon yang mencapai 149,2 mm.
Meskipun hujan lebat terjadi berulang kali, musim panas tahun ini tidak bisa disebutkan memiliki curah hujan tinggi.
Rata-rata curah hujan nasional pada Juli tercatat 249,0 milimeter, atau sekitar 84 persen dari rata-rata Juli pada periode 1991–2020 yang mencapai 296,5 milimeter. Jumlah hari hujan pada Juli tahun ini sebanyak 8,3 hari, lebih sedikit dibandingkan rata-rata hari hujan pada Juli secara keselurugan sebanyak 14,8 hari.
Hal ini disebabkan hujan tidak turun merata, melainkan mengguyur dalam waktu singkat dan di wilayah yang terbatas.
Sementara sebagian besar wilayah di Korea Selatan mengalami banjir akibat curah hujan tinggi. Berbanding terbalik dengan wilayah pantai timur provinsi Gangwon, termasuk Kota Gangneung yang justru menghadapi krisis kekurangan air karena curah hujan yang sangat sedikit.
Gelombang panas pada Juli–Agustus juga tergolong parah. Pada tanggal 8 Juli lalu, beberapa wilayah mengalami suhu tertinggi yang melampaui 40 derajat Celsius seperti Ojeon-dong di Kota Uiwang, Kota Gwangmyeong, Yangseong-myeon di Kota Anseong, dan Gwangtan-myeon di Kota Paju.
Rata-rata suhu nasional pada Juli lalu mencapai 27,1 derajat Celsius, mendekati rekor panas terburuk yang pernah terjadi pada Juli 1994 dengan 27,7 derajat Celsius.
Jumlah hari gelombang panas tercatat 14,5 hari, terbanyak ketiga pada bulan Juli sejak 1973, setelah 17,7 hari pada 1994 dan 15,4 hari pada 2018.
Penyebab pasti cuaca ekstrem pada musim panas tahun ini masih memerlukan analisis lebih lanjut, namun para ahli secara umum menyebutkan suhu laut yang lebih panas dari biasanya sebagai salah satu faktor utamanya.