Sebuah lembaga riset yang dikelola pemerintah mengatakan bahwa Korea Selatan semakin bergantung pada Amerika Serikat dan China sebagai mitra dagang sejak tahun 2010-an.
Dalam sebuah laporan yang dirilis hari Selasa (01/07), Korea Development Institute (KDI) mengatakan bahwa Korea Selatan merupakan sasaran empuk dalam kebijakan tarif karena semakin bergantung pada AS sebagai pasar ekspor dan China untuk impor.
Ekspor ke AS, yang dipimpin oleh pengiriman mobil dan semikonduktor, melonjak 8% antara tahun 2012 dan 2024, sementara impor dari China, sebagian besar di bidang manufaktur, naik 6,6% pada periode yang sama.
Laporan tersebut mengungkapkan kekhawatiran tentang ancaman terhadap keamanan ekonomi negara, dengan mengatakan bahwa perubahan dalam lingkungan perdagangan sebagian besar berasal dari perubahan teknologi, industri, dan kebijakan di AS dan Tiongkok, serta dari perselisihan geopolitik.
KDI mengusulkan pendekatan dua jalur untuk diversifikasi perdagangan yang terdiri dari dukungan negara dan perusahaan, dan menyarankan agar Korea Selatan bergabung dengan Kemitraan Trans-Pasifik Komprehensif dan Progresif, yang beranggotakan 12 negara, tidak termasuk Amerika Serikat dan Cina.