Industri farmasi Amerika Serikat (AS) menuding Korea Selatan sebagai negara yang merugikan kepentingan AS dan mendesak pemerintah AS untuk memanfaatkan negosiasi dagang yang sedang berlangsung guna menekan Seoul agar mereformasi kebijakan harga obatnya.
Asosiasi Riset dan Produsen Farmasi Amerika (PhRMA) menyampaikan desakan ini dalam pernyataan tertulis kepada Kantor Perwakilan Dagang AS pada Kamis (26/06).
Dalam pernyataannya, PhRMA mendorong pemerintah AS menggunakan jalur negosiasi dagang untuk menangani kebijakan dan praktik farmasi “tidak adil” yang diterapkan sejumlah negara asing.
PhRMA menyebut Korea Selatan, Australia, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Spanyol, Inggris, serta negara-negara anggota Uni Eropa sebagai negara yang paling menjadi perhatian. Mereka menekankan bahwa negara-negara berpendapatan tinggi tersebut merupakan konsumen besar produk farmasi dan harus diprioritaskan dalam agenda perdagangan pemerintah AS.
Secara khusus, PhRMA menyoroti otoritas asuransi kesehatan Korea Selatan yang dinilai memberlakukan proses peninjauan ketat bagi perusahaan farmasi yang ingin masuk pasar Korea Selatan, sehingga menyebabkan keterlambatan signifikan dalam akses pasar.
Mereka juga mengkritik otoritas Korea Selatan karena dianggap menekan harga obat di bawah nilai pasar yang wajar. Hal ini dinilai membuat proporsi pengeluaran farmasi untuk obat-obatan inovatif di Korea Selatan lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara maju lain di Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).