Kuasa Usaha Ad-interim Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) untuk Seoul Joseph Yun, menyatakan bahwa Seoul dan Washington perlu membahas biaya-biaya lain dalam pembagian beban pertahanan.
Selain tiga bidang yang telah diatur dalam Perjanjian Tindakan Khusus (Special Measures Agreement), kedua sekutu harus menilai apakah pengeluaran Korea Selatan saat ini sudah memadai.
Yun menyampaikan pernyataan tersebut dalam sebuah seminar yang diselenggarakan oleh Korea Press Foundation pada Selasa (24/6), seraya menyebut isu tarif dan hubungan aliansi sebagai tantangan utama dalam hubungan Seoul dan Washington.
Pernyataan tersebut disampaikan di tengah seruan pemerintahan Donald Trump agar sekutu-sekutu Amerika menanggung porsi yang lebih besar dari biaya pertahanan mereka sendiri.
Pemerintah AS bahkan menyarankan agar sekutu-sekutu di Eropa maupun Asia, termasuk Korea Selatan, membayar 5 persen dari produk domestik bruto (PDB) mereka untuk biaya pertahanan.
Pernyataan Yun tersebut tampaknya mencerminkan posisi Washington bahwa kedua pihak perlu membahas pembagian biaya penempatan aset strategis AS di kawasan, di luar apa yang telah disepakati pada Oktober tahun lalu.
Dia juga mengatakan bahwa Washington menginginkan pembahasan difokuskan pada modernisasi aliansi untuk menghadapi tantangan strategis baru. Ia menambahkan bahwa diskusi dapat mencakup penyesuaian kembali aset militer AS dan kehadiran pasukan Amerika di Korea Selatan dan Jepang, dengan China sebagai perhatian strategis utama.
Terkait rencana pertemuan tingkat tinggi pertama antara presiden Korea Selatan Lee Jae Myung dan presiden AS Donald Trump, Yun menyampaikan bahwa pembicaraan terkait proses persiapannya akan dilakukan secepat mungkin.
Diperkirakan pula bahwa pertemuan puncak Korea Selatan dan AS tersebut akan berlangsung selama masa jabatannya sebagai Kuasa Usaha Ad-interim.