Mantan Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Kurt Campbell menyatakan penolakannya terhadap rencana pengurangan jumlah pasukan AS di Korea Selatan. Penyesuaian semacam itu dinilai dapat memicu kesalahpahaman terhadap komitmen pertahanan aliansi AS.
Pandangan Campbell itu disampaikan dalam konferensi yang diselenggarakan oleh Center for Strategic and International Studies (CSIS) dengan tema, 'Masa Depan Hubungan Korea Selatan, AS, dan Jepang' di Washington D.C. pada Rabu (18/6).
Ia menekankan bahwa rezim Korea Utara saat ini tampak lebih siap melakukan tindakan provokatif dibanding masa lalu. Kemampuan pencegahan bersama antara Korea Selatan dan AS merupakan elemen utama dalam menjaga perdamaian dan keamanan di Semenanjung Korea.
Campbell juga menyatakan kekhawatirannya bahwa penyesuaian terhadap kehadiran militer AS di Korea Selatan dapat disalahartikan sebagai pengurangan komitmen AS terhadap perdamaian dan stabilitas, atau bahkan menimbulkan pertanyaan apakah AS sedang menarik diri dari janji-janji fundamentalnya di kawasan Indo-Pasifik.
Mantan wakil menteri pertahanan itu menambahkan, sulit untuk membayangkan dampak yang mungkin ditimbulkan dari penyesuaian besar terhadap pasukan AS di Korea Selatan.
Ia juga menilai, jika tindakan seperti itu berkembang menjadi krisis kepercayaan, hal tersebut akan sangat bertentangan dengan kepentingan strategis AS.
Pernyataan Campbell tersebut dianggap sebagai kekhawatiran dan penolakan terhadap laporan media yang menyebutkan bahwa Kementerian Pertahanan AS sedang mempertimbangkan pengurangan sekitar 4.500 personel dari total sekitar 28.500 tentara AS di Korea Selatan yang kemudian dipindahkan ke wilayah lain di kawasan Indo-Pasifik seperti Guam.