Institut Pengembangan Korea (KDI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Korea Selatan tahun ini hanya akan mencapai 0,8 persen. Angka ini turun tajam dari proyeksi sebelumnya yang dirilis pada Februari lalu, yakni 1,6 persen. 

Penyebab utama di balik penurunan tajam proyeksi KDI tersebut adalah kebijakan tarif Amerika Serikat. Kenaikan tarif yang diberlakukan secara luas oleh AS dianalisis telah memicu ketidakpastian perdagangan hingga mencapai tingkat yang tidak biasa. 

Volume total ekspor Korea Selatan tahun ini diperkirakan hanya akan tumbuh sebesar 0,3 persen, jauh lebih rendah dibandingkan kenaikan 7 persen pada tahun lalu.

Lesunya permintaan domestik pun menjadi persoalan. Di tengah berlanjutnya kemerosotan di sektor konstruksi, KDI menjelaskan bahwa pertumbuhan konsumsi swasta mulai melambat, terutama di sektor akomodasi dan layanan makanan.

Lembaga penelitian baik dalam maupun luar negeri juga menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi Korea Selatan terus mengalami penurunan, bahkan tak sedikit yang memproyeksikan angkanya terjun mendekati nol.

Perkiraan terbaru dari Kementerian Strategi dan Keuangan, serta Bank Sentral Korea masing-masing berada di angka 1,8 persen dan 1,5 persen, namun penurunan proyeksi tampaknya tidak dapat dihindari.

Namun, KDI memproyeksikan bahwa meskipun terdampak sengketa perdagangan global, ekonomi Korea Selatan dapat tumbuh sekitar 1,6 persen tahun depan, seiring dengan pemulihan permintaan domestik yang berlangsung secara moderat.