Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memperingatkan bahwa populasi Korea Selatan dapat berkurang setengah dalam 60 tahun ke depan.
Dalam laporan tentang 'Memahami Tren Kelahiran Rendah di Korea Selatan' yang dirilis pada hari Rabu (05/03) waktu setempat, OECD menyatakan bahwa tingkat kelahiran total Korea pada tahun 2023 adalah 0,72 anak per wanita, terendah di seluruh dunia.
Jika tren itu berlanjut, maka diperkirakan pada tahun 2082, 58% dari total populasi akan berusia 65 tahun ke atas, dengan rasio perawatan lanjut usia meningkat menjadi 155% dari 28% saat ini.
OECD mengidentifikasi beberapa faktor utama penyebab rendahnya angka kelahiran di Korea Selatan, termasuk tingginya biaya pendidikan di luar sekolah, kenaikan biaya perumahan, jam kerja yang panjang dengan fleksibilitas rendah, persepsi tradisional tentang peran gender, serta pandangan negatif terhadap kelahiran di luar pernikahan.
Untuk mencegah penurunan angka kelahiran Korea Selatan, OECD merekomendasikan peningkatan layanan penitipan anak, perluasan fasilitas penitipan anak di tempat kerja, menaikkan batas kompensasi cuti orang tua, serta melakukan reformasi pasar tenaga kerja.
Selain itu, karena peningkatan angka kelahiran memerlukan waktu, OECD menyarankan untuk memperluas lapangan kerja bagi perempuan, memperpanjang usia kerja bagi lansia, serta secara aktif menerima tenaga kerja asing.
OECD juga menekankan perlunya untuk menghapus praktik pensiun dini yang diberlakukan oleh perusahaan sebelum usia pensiun resmi, mengurangi hambatan visa bagi pekerja terampil, serta meningkatkan kondisi kerja bagi pekerja berkeahlian rendah.
Jika langkah-langkah itu diterapkan dan tingkat kelahiran dapat meningkat menjadi 1,1 anak per wanita, maka diperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Korea Selatan dapat meningkat sebesar 12% pada tahun 2070.