Sebuah laporan dari lembaga swasta menyebut, nilai mata uang virtual yang dicuri oleh Korea Utara dari platform mata uang virtual pada tahun ini mencapai sekitar 1,3 miliar dolar AS atau 1,9 triliun won.
Perusahaan analisis data berbasis blockchain, Chainalys mengumumkan laporan pada hari Kamis (19/12) menyebut bahwa para peretas yang berafiliasi dengan Korea Utara mencuri mata uang virtual sebanyak 47 kali di berbagai platform, sehingga berhasil merampas sekitar 1,34 miliar dolar AS.
Jumlah tersebut meningkat sebanyak dua kali lipat jika dibandingkan dengan jumlah yang dicuri oleh Korea Utara pada tahun lalu, dan nilainya tergolong paling banyak.
Selain itu, 60,9% dari kerugian yang dialami oleh platform mata uang virtual di dunia pada tahun lalu disebabkan oleh aksi peretasan Korea Utara.
Menurut Chainalys, serangan peretasan Korea Utara yang menargetkan mata uang virtual sering terjadi.
Kelompok internasional juga berpendapat bahwa peretasan mata uang virtual oleh Korea Utara yang digunakan untuk mengembangkan senjata nuklir dan rudal balistik merupakan masalah serius. Sehingga mereka berupaya untuk mencegah pencurian dana oleh Korea Utara.
Sementara itu Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Jepang telah menyampaikan keprihatinan atas hal tersebut, dalam pertemuan di Washington D.C pada bulan Maret lalu. Dimana diketahui bahwa tenaga kerja IT Korea Utara menyamarkan identitasnya untuk bekerja atau bergabung di sejumlah perusahaan IT global dan melakukan aktivitas jahat di dunia maya.