Korea Utara dilaporkan tengah bernegosiasi dengan Rusia untuk mendapatkan pesawat tempur MiG-29 dan Su-27 sebagai imbalan atas pengiriman pasukannya ke Ukraina. Dimana sebagian kesepakatan dalam upaya tersebut telah tercapai.
Hal itu disampaikan oleh Samuel Paparo, Komandan Komando Indo-Pasifik Amerika Serikat dalam sebuah pertemuan keamanan di Ronald Reagan Presidential Library, di California, AS pada 7 Desember waktu setempat.
Paparo menjelaskan, meskipun bukan tergolong jenis terbaru, namun pesawat tempur itu masih memiliki kekuatan yang sangat besar dan dapat memperkuat kemampuan militer Korea Utara.
Saat ini, kekuatan wilayah udara Korea Utara terbatas pada jenis pesawat tempur yang telah usang. Diperkirakan Korea Utara memiliki sekitar 400 pesawat tempur, yang terdiri dari 80 pesawat pengebom ringan, dan 200 pesawat angkut. Namun sebagian besar pesawat tersebut dalam kondisi tidak dapat terbang dan sulit untuk dipelihara akibat kekurangan suku cadang.
MiG-29 dan Su-27 dianggap sebagai pesawat tempur terbaik yang dapat dimiliki Korea Utara saat ini.
Pesawat tempur yang berpotensi diberikan oleh Rusia itu, mencakup MiG-29, Su-27, serta pesawat-pesawat canggih lainnya seperti Su-35, Su-57 stealth, dan rudal hipersonik Kinzhal, yang dapat menunjang modernisasi militer Korea Utara.
Namun, terdapat kekhawatiran terkait tantangan teknis dan logistik dalam mentransfer pesawat tersebut ke Korea Utara.
Selain pesawat tempur, Korea Utara juga dilaporkan tertarik pada teknologi rudal balistik dan kapal selam dari Rusia, yang berkaitan dengan pengembangan senjata nuklir mereka.
Hal itu kemudian meningkatkan kekhawatiran terhadap ketidakstabilan keamanan di Semenanjung Korea, yang diawasi dengan cermat oleh Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Jepang.