Kementerian Luar Negeri Rusia membantah informasi bahwa Korea Utara mengirimkan pasukan ke Rusia dan memperingatkan Korea Selatan untuk tidak terlibat.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova mengatakan pada hari Rabu (23/10) dalam konferensi pers bahwa laporan tentang situasi tersebut adalah salah dan dibesar-besarkan.
Jubir tersebut menepis pernyataan Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin yang baru-baru ini mengatakan bahwa ada bukti bahwa Korea Utara telah mengirim pasukan ke Rusia.
Menanggapi rencana Seoul yang dilaporkan untuk mengambil langkah-langkah “bertahap” dalam menanggapi kehadiran pasukan Korea Utara di Rusia, Zakharova menuduh pemerintah Korea Selatan bermain-main dengan apa yang disebutnya sebagai “rezim teroris” Ukraina.
Jubir tersebut juga mengatakan bahwa Rusia akan menanggapi dengan tegas setiap ancaman terhadap rakyatnya dan mendesak pihak berwenang di Seoul untuk menggunakan akal sehat dan mempertimbangkan konsekuensi keamanan jika terlibat dalam perang di Ukraina.
Sementara itu, Ukraina dilaporkan telah mendesak tentara Korea Utara yang membantu Rusia untuk menyerah.
Menurut Kyiv Post pada hari Rabu (23/10) waktu setempat, Badan Intelijen Ukraina mengeluarkan himbauan tersebut melalui saluran Telegram yang disebut “I Want to Live.”
Saluran itu utamanya menargetkan tentara Rusia, namun dalam sebuah video berbahasa Korea berdurasi 74 detik, militer Ukraina mengatakan bahwa kamp-kamp tawanan perangnya akan menerima semua tentara, tanpa memandang kewarganegaraan, agama, atau ideologi.
Mereka juga berjanji untuk menyediakan tempat tinggal, makanan, dan kebutuhan lainnya bagi para tentara.
Video tersebut mendesak warga Korea Utara untuk tidak “mati tanpa alasan di tanah asing.”