Presiden Rusia Vladimir Putin menggelar pertemuan dengan Presiden Cina, Xi Jinping di sela-sela KTT BRICS di Kazan, Rusia pada hari Selasa (22/10) waktu setempat.
Dalam pertemuan itu, Xi Jinping mengakui bahwa hubungan antara Beijing dan Moskow telah mencapai tingkat yang belum pernah terjalin sebelumnya, dan perubahan global yang belum pernah terjadi tidak akan dapat merusak hubungan bilateral.
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Cina hanya menyampaikan posisi yang berprinsip dalam menanggapi pernyataan Badan Intelijen Korea Selatan mengenai pengiriman pasukan Korea Utara ke Rusia, dengan menyebut 'semua pihak harus berupaya untuk meredakan ketegangan'.
Usai pertemuan tersebut, Kremlin memuji sikap konsisten yang dimiliki oleh kedua pemimpin mengenai situasi internasional, termasuk perang di Ukraina. Meskipun Kremlin tidak memberikan informasi yang lebih rinci, namun pertemuan itu diketahui berlangsung selama sekitar satu jam dengan terbuka dan konstruktif.
Putin menyerukan untuk lebih memperkuat kerja sama antara Cina dan Rusia, karena kerja sama kedua negara dalam urusan global adalah salah satu faktor stabilisasi utama di panggung internasional.
Di sisi lain, dalam sebuah pidato pada hari Selasa (22/10) waktu setempat, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy mengklaim pihak intelijen negaranya telah menerima informasi bahwa dua brigade yang masing-masing terdiri dari 6.000 tentara Korea Utara sedang berlatih.
Tidak hanya itu, otoritas badan intelijen Ukraina juga mengklaim bahwa diperkirakan paling cepat pada hari Rabu (23/10) ini, sebagian personel militer Korea Utara akan ditempatkan untuk pertama kali di garis depan wilayah perbatasan Kursk di Rusia.