Calon Komandan Komando Indo-Pasifik Amerika Serikat (USINDOPACOM), Samuel Paparo, menyatakan bahwa masih ada risiko strategis dan militer terkait bentrokan bersenjata di Semenanjung Korea walaupun upaya tengah dilakukan untuk meredakan ketegangan.
Dalam jawaban tertulis kepada Komisi Militer Senat AS untuk uji kelayakan dan kepatutan yang dibuka pada hari Kamis (01/02) waktu setempat, Paparo mengatakan bahwa Korea Utara kerap mengembangkan kekuatan militernya secara tradisional dan strategis.
Paparo menambahkan, kemampuan pertahanan misil harus dilengkapi untuk meningkatkan kemampuan AS mencegah ancaman Korea Utara. Penempatan aset pengintaian informasi udara juga harus ditingkatkan karena kemampuan pendeteksiannya masih dinilai kurang baik.
Sehubungan dengan pengaruh China terhadap Korea Utara, calon Komandan Paparo menilai bahwa China tidak menepati resolusi Dewan Keamanan PBB yang membatasi pengembangan misil dan nuklir Korea Utara, sehingga China tidak dapat diandalkan dalam isu keamanan Korea Utara.
Menurutnya, aliansi antara Korea Selatan dan AS yang sangat kuat merupakan unsur yang paling penting untuk mewujudkan perdamiaan dan kestabilan Semenanjung Korea.
Paparo juga mengatakan bahwa AS harus meyakinkan Korea Selatan untuk meningkatkan perannya sesuai dengan pengaruh dan standar ekonomi yang dimilikinya. Di antara negara aliansi AS, investasi pemerintah Korea Selatan untuk biaya pertahanan sangat unggul.
Tidak tersedianya transparansi program nuklir Korea Utara menyebabkan sulitnya proses evaluasi kemampuan militer gabungan Korea Selatan dan AS untuk mendominasi senjata pemusnah massal (WMD), apabila terjadi peperangan di Semenanjung Korea.
Namun, Paparo berjanji akan memeriksa rencana operasi utama dan darurat untuk mengantisipasi dan mengamankan WMD Korea Utara apabila dia diangkat sebagai Komandan Komando Indo-Pasifik.