Para pejabat AS memperingatkan kemungkinan terjadinya tindakan militer 'sangat berbahaya' yang akan dilakukan oleh Korea Utara ketika rezim tersebut meningkatkan provokasi dan retorika militernya terhadap Korea Selatan.
Pada hari Kamis (24/01) Jon Finer, wakil penasihat keamanan nasional di Gedung Putih, menyampaikan bahwa Korea Utara akan terus menempuh jalur negatif.
Daniel Russell, wakil presiden Asia Society dan mantan asisten menteri luar negeri untuk urusan Asia Timur dan Pasifik, juga mengatakan bahwa Kim Jong-un tampaknya berniat melakukan serangan selain penembakan Pulau Yeonpyeong pada tahun 2010 silam. Dia juga menyerukan persiapan kemungkinan terjadinya tindakan mengejutkan.
Dalam pidatonya di Majelis Rakyat Tertinggi pada tanggal 15 Januari lalu, Kim menyerukan amandemen konstitusi untuk menghapus beberapa istilah dari dokumen tersebut seperti kata 'kemerdekaan', 'reunifikasi secara damai', dan 'persatuan nasional' serta menghasut masyarakat untuk menganggap Korea Selatan sebagai 'musuh utama'.
Pada hari Kamis (24/01) New York Times mengutip beberapa pejabat AS yang mengatakan bahwa ada kemungkinan Korea Utara akan mengambil tindakan militer sangat berbahaya terhadap Korea Selatan dalam beberapa bulan ke depan setelah mengambil sikap kebijakan yang menunjukkan permusuhan.
Para pejabat menilai pernyataan Kim baru-baru ini lebih agresif dibandingkan pernyataan sebelumnya dan harus ditanggapi dengan serius.
Mereka memperingatkan bahwa meskipun hal ini tidak menimbulkan risiko perang besar di Semenanjung Korea, pemimpin rezim tersebut dinilai dapat melakukan serangan dengan cara yang dapat menghindari ketegangan, seperti pengeboman Pulau Yeonpyeong pada tahun 2010 lalu.