Seorang pejabat AS mengatakan bahwa Korea Utara baru-baru ini mengirimkan sejumlah rudal balistik beserta peluncurnya kepada Rusia.
Menanggapi pertanyaan dari Kantor Berita Yonhap pada hari Kamis (04/01) mengenai laporan Wall Street Journal baru-baru ini bahwa Pyongyang memberikan rudal balistik kepada Moskow, pejabat tersebut mengatakan bahwa Rusia telah menjadi semakin terisolasi karena sanksi dan kontrol ekspor.
Keterbatasan itu memaksa Moskow untuk bergantung pada negara-negara lain yang berada dalam posisi yang sama untuk mendapatkan peralatan militer, termasuk Korea Utara.
Juru Bicara Gedung Putih untuk Keamanan Nasional, John Kirby, juga mengonfirmasi pengiriman rudal tersebut dalam sebuah konferensi pers pada hari Kamis, dengan mengatakan bahwa pasukan Rusia meluncurkan setidaknya satu rudal Korea Utara ke Ukraina pada hari Sabtu (30/12) lalu dan rudal tersebut mendarat di sebuah lapangan terbuka di wilayah Zaporizhzhia.
Otoritas intelijen Korea Selatan dan AS meyakini bahwa, Korea Utara telah mentransfer pasokan militer dalam jumlah besar, termasuk peluru artileri dan rudal ke Rusia, saat Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengunjungi Korea Utara pada akhir Juli tahun lalu dan bertemu dengan pemimpin rezim Kim Jong-un.
Pihak berwenang menduga bahwa pengiriman tersebut berlanjut setelah pertemuan puncak antara Kim dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada tanggal 13 September tahun lalu, dengan teknologi peluncuran satelit Rusia yang sama dengan yang digunakan dalam peluncuran satelit pengintai militer Pyongyang bulan lalu.
Perdagangan senjata dengan Korea Utara merupakan pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB.