Sukses Melatih Timnas Indonesia, Netizen Berharap Shin Tae-yong Jadi Capres
2024-04-26 16:22:14
Pada zaman dahulu kala, di sebuah desa tinggal seorang pemuda yang bekerja sebagai petani. Namanya pemuda itu Gapsu.
Setelah bekerja selama 10 tahun, sesuatu yang membahagiakan terjadi pada Gapsu. Ia berhasil membeli sepetak ladang di bawah kaki gunung dari tuan pemilik tanah yang serakah.
Begitu membuka matanya di pagi hari, Gapsu langsung pergi dan bekerja sepanjang hari untuk menggali bebatuan dari ladangnya.
Suatu hari...
Gapsu menemukan sebuah gentong besar terkubur di ladangnya.
“Bagus, kebetulan aku memang sedang membutuhkan gentong air.”
Gapsu meletakkan cangkulnya ke dalam gentong dan mengangkut gentong itu ke rumahnya. Keesokan harinya, saat hendak berangkat bekerja, Gapsu mengambil cangkulnya dari dalam gentong tersebut. Namun, tiba-tiba muncul sebatang cangkul lainnya. Cangkul baru terus bermunculan dari dalam gentong itu.
Malam itu, sebelum tidur, Gapsu pun meletakkan sebutir kentang di dalam gentong ajaib itu.
Padahal Gapsu hanya meletakkan satu butir kentang sisa makan malamnya kemarin, tetapi kentang terus bermunculan dari dalam gentong.
“Saat aku letakkan cangkul, keesokan harinya cangkul itu bertambah banyak. Kentang rebus yang kumasukkan juga bertambah banyak. Kalau begitu, apa pun yang diletakkan ke dalam gentong ini, pasti akan bertambah menjadi beberapa kali lipat keesokan harinya...”
Gapsu tidak percaya apa yang terjadi padanya.
Kabar tentang gentong ajaib Gapsu pun terdengar oleh sang tuan pemilik tanah yang serakah.
“Permisi! Gapsu, apa kamu ada di rumah? Aku dengar gentong itu berasal dari ladang yang kujual padamu, ya? Karena itu aku datang untuk mengambil gentong itu.”
Mendengar tuan serakah itu hendak mengambil gentong tersebut, warga desa tidak terima dan membuat keributan. Mereka menyarankan agar keduanya pergi ke pengadilan desa. Gapsu dan sang tuan serakah pun pergi menemui sang hakim.
Namun, hakim itu tidak tertarik menyelesaikan permasalahan mereka, melainkan hanya tertarik akan gentong ajaib tersebut.
“Kalian berdua sama-sama benar. Tetapi tidak mungkin, kan, gentong itu dibelah menjadi dua. Balai desa yang akan menjaga gentong itu.”
Namun, bukannya meletakkan gentong ajaib itu di balai desa, sang hakim malah memerintahkan agar gentong itu diletakkan di ruang tamunya, dan memerintahkan agar tidak ada anggota keluarganya yang menyentuh gentong itu.
Tetapi, ayah sang hakim yang sangat penasaran melihat-lihat gentong itu dan akhirnya terjatuh ke dalamnya.
Sang hakim pun dengan tergesa-gesa mengeluarkan ayahnya dari dalam gentong itu. Tetapi, dari dalam gentong itu kembali terdengar suara ayahnya meminta tolong untuk dikeluarkan.
Dalam sekejap, rumah sang hakim pun dipenuhi oleh para pria yang serupa dengan ayahnya, hingga jumlahnya tidak terhitung lagi.
“Berhenti!!! Aku mohon, berhenti!!!”
Sang hakim pun menyesal telah menginginkan gentong itu, namun penyesalannya itu datang terlambat.
2024-04-26 16:22:14
2024-03-19 14:40:05
2024-03-14 15:36:42