Korea Selatan mencatatkan defisit perdagangan selama empat bulan berturut-turut di Januari, sebagaimana ekspor membukukan penurunan sebesar lebih dari 16,6 persen.
Menurut Kementerian Perdagangan, Industri, dan Energi pada Rabu (01/02), ekspor Korea Selatan turun 16,6 persen dibandingkan setahun sebelumnya, tercatat sebesar 46,27 miliar dolar AS pada bulan lalu.
Nilai ekspor semikonduktor yang merupakan produk andalan Korea Selatan turun 44,5 persen dibandingkan setahun sebelumnya akibat penurunan harga semikonduktor memori dan penurunan permintaan.
Sementara itu, nilai impor pada periode tersebut juga turun 2,6 persen menjadi 58 miliar 95 juta dolar AS.
Oleh sebab itu, defisit neraca perdagangan di bulan Januari tercatat sebesar 12,69 miliar dolar, merupakan yang tertinggi dalam sejarah perdagangan Korea Selatan.
Rekor defisit sebelumnya tercatat pada bulan Agustus 2022 sebesar 9,43 miliar dolar AS.
Korea Selatan telah mencatatkan defisit perdagangan selama sebelas bulan berturut-turut, periode penurunan terpanjang sejak penurunan pada Januari 1995 hingga Mei 1997.
Wakil Perdana Menteri Urusan Perekonomian Choo Kyung-ho mengatakan bahwa penurunan ekspor di Januari akibat peningkatan impor energi selama musim dingin, anjloknya nilai ekspor semikonduktor, dan perlambatan ekonomi dengan China akibat COVID-19.