Pemerintah Korea Selatan menyampaikan keprihatinan, setelah Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) mengatakan Korea Utara berpotensi telah memulai operasi reaktor nuklir baru.
Seorang pejabat Kementerian Luar Negeri di Seoul mengatakan pada hari Minggu (24/12) bahwa pemerintah tengah mengamati secara cermat gerakan di sekitar fasilitas nuklir Korea Utara berdasarkan kerja sama yang erat antara Seoul dan Washington.
Dia melanjutkan, bahwa pemerintah Seoul juga menyoroti pernyataan Dirjen IAEA Rafael Grossi pada tanggal 21 Desember lalu yang menyebut bahwa timnya telah mendeteksi adanya peningkatan aktivitas, termasuk pelepasan air hangat di sekitar reaktor air ringan di kompleks nuklir Yongbyon. Dimana hal itu mengindikasikan bahwa fasilitas tersebut telah mencapai kondisi kekritisan.
Pejabat senior kementerian menunjukkan bahwa Korea Utara terus memproduksi bahan nuklir yang merupakan pelanggaran sejumlah resolusi Dewan Keamanan PBB. Termasuk perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea maupun seluruh dunia terus terancam dengan serangkaian peluncuran rudal balistik yang berulang kali dilakukan rezim itu.
Dia mengungkapkan bahwa pemerintah Korea Selatan akan mengupayakan kerja sama dengan komunitas internasional, agar Korea Utara menangguhkan pengembangan nuklir yang ilegal dan tindakan provokatifnya, sehingga kembali menuju denuklirisasi lengkap di semenanjung.
Apabila Korea Utara secara aktif mulai mengoperasikan reaktor air ringan itu, maka rezim itu akan dapat mengamankan cara tambahan dalam memproduksi plutonium untuk senjata.