Pasar saham Korea Selatan pada tahun 2025 mengalami perubahaan drastis dari urutan terakhir ke urutan teratas.
Indeks Harga Saham Gabungan Korea (KOSPI) yang pernah mencapai kinerja terburuk diantara negara utama pada tahun lalu mengalami kenaikan senilai 75,89% dibandingkan level awal tahun ini dengan menutup pasar di level 4.220,56 pada hari Senin (29/12) lalu.
Rasio kenaikan KOSPI tahun ini tertinggi ketiga dalam sejarah Korea Selatan setelah tahun 1987 dan 1999 lalu.
Pada awal tahun ini, ada banyak ketidakstabilan karena situasi politik dalam negeri yang diakibatkan darurat militer, pemakzulan presiden, kebijakan tarif Amerika Serikat, dan lainnya.
Namun, risiko pasar semakin berkurang setelah pemilihan presiden dilaksanakan pada bulan Juni lalu, sehingga dana investor asing masuk ke pasar saham Korea Selatan.
KOSPI berhasil menembus level 3.000 pada tanggal 20 Juni lalu, dan juga mencatat level 4.221,87 pada tanggal 3 November setelah berhasil menerobos level 4.000 pada tanggal 27 Oktober.
Tingkat penghasilan tahunan senilai 75,89% paling tinggi diantara negara utama seperti AS, Jepang, China, Taiwan, dan lainnya. Hal tersebut disebabkan likuiditas meningkat dengan penurunan suku bunga acuan The Fed, dan saham semikonduktor menarik dana investor dengan ketenaran AI.
KOSDAQ juga mengalami kenaikan 37,51% dan berada di level atas di pasar global.
Kinerja pasar saham Korea Selatan tersebut mendorong perbaikan kinerja perusahaan sekuritas domestik Korea Selatan dengan peningkatan volume aset dan laba bersih.