Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi terhadap delapan individu dan dua entitas yang dituduh terlibat dalam pencucian uang hasil kejahatan siber ilegal Korea Utara.  
 
Kantor Pengawasan Aset Asing (OFAC) di bawah Departemen Keuangan AS pada Selasa (04/11) mengumumkan bahwa sanksi tersebut dikenakan terhadap delapan warga negara Korea Utara dan dua entitas di negara itu karena berperan dalam mencuci dana yang diperoleh dari berbagai aktivitas ilegal, termasuk kejahatan siber dan penipuan pekerja teknologi informasi (TI).  
 
Departemen Keuangan AS menyebut bahwa Jang Kuk-chol dan Ho Jong-son merupakan bankir Korea Utara yang membantu mengelola dana, termasuk aset mata uang kripto senilai 5,3 juta dolar AS (sekitar 77 miliar rupiah). Sebagian dari dana tersebut dikaitkan dengan pelaku ransomware Korea Utara yang sebelumnya menargetkan korban di AS dan mengelola pendapatan dari pekerja TI asal Korea Utara.  
 
Perusahaan Korea Mangyongdae Computer Technology Company yang berbasis di Korea Utara, serta lembaga keuangan Ryujong Credit Bank juga termasuk dalam daftar pihak yang dikenai sanksi.  
 
Wakil Menteri Keuangan AS untuk Urusan Terorisme dan Intelijen Keuangan, John Hurley mengatakan bahwa peretas yang disponsori negara Korea Utara mencuri dan mencuci uang untuk mendanai program senjata nuklir rezim tersebut.  
 
Hurley menambahkan bahwa dengan menghasilkan pendapatan bagi pengembangan senjata Pyongyang, para pelaku ini secara langsung mengancam keamanan AS dan dunia, seraya menegaskan bahwa Departemen Keuangan AS akan terus menindak para fasilitator dan pihak yang memungkinkan skema ini untuk memutus sumber pendapatan ilegal Korea Utara.