Tarif timbal balik sebesar 15% yang disepakati dalam negosiasi tarif antara Korea Selatan dan Amerika Serikat diperkirakan akan menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi Korea Selatan sebesar 0,45% tahun ini.
Dalam laporan "Dampak Kebijakan Tarif AS terhadap Ekonomi Korea Selatan" yang dirilis Bank Sentral Korea (BOK) pada Kamis (28/08), penerapan tarif berdasarkan negara dan jenis produk oleh Amerika Serikat akan menyebabkan penurunan pertumbuhan PDB Korea Selatan sebesar 0,45% dibandingkan proyeksi sebelumnya. Penurunan ini diperkirakan akan meningkat menjadi 0,6% poin pada tahun depan.
Alasan utama untuk penurunan pertumbuhan adalah akibat penurunan ekspor ke AS. Dibandingkan dengan sebelum penerapan tarif, ekspor ke AS diperkirakan turun 7%, yang merupakan 75% dari total penurunan ekspor tahun depan.
Penurunan ekspor diperkirakan akan terjadi pada sektor baja dan logam yang dikenakan tarif tinggi, serta otomotif dan mesin yang memiliki pangsa ekspor besar di AS.
Kenaikan harga di AS, yang menyebabkan suku bunga tinggi tetap bertahan, serta ketidakpastian terkait kebijakan tarif AS, juga turut memperlambat perbaikan kondisi keuangan domestik seperti pasar saham dan nilai tukar.
BOK menambahkan bahwa dampak tarif semakin terlihat terutama pada ekspor baja dan suku cadang mobil ke AS. BOK juga memperkirakan bahwa kondisi pasar otomotif di AS yang memburuk akan memperbesar dampak tarif tersebut.
Selain itu, ketidakpastian masih berlanjut terkait perkembangan negosiasi antara AS dan China, kemungkinan pembalasan tarif dari negara lain, serta penerapan tarif produk seperti semikonduktor dan obat-obatan.
BOK memperingatkan, jika produk ekspor dari negara lain yang sebelumnya menuju AS dialihkan secara besar-besaran ke Korea Selatan, hal itu dapat mengganggu ekosistem industri domestik secara signifikan. Oleh karena itu, pemerintah dan perusahaan perlu mempersiapkan hingga kondisi krisis.