Seiring dengan penyebaran pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI), Bank Sentral Korea (BOK) memprediksi bahwa sekitar seperempat pekerjaan domestik akan mendapatkan keuntungan dari teknologi tersebut, sementara seperempat lainnya akan terkena dampak negatif.
Menurut laporan BOK berjudul “AI dan Ekonomi Korea,” yang dirilis pada hari Senin (10/02), mereka yang akan mendapat manfaat dari AI utamanya adalah profesi berpenghasilan tinggi seperti kedokteran, hukum, dan akademisi. Sementara pekerjaan klerikal seperti akuntansi kemungkinan besar akan digantikan oleh teknologi tersebut, yang mengarah pada penurunan upah atau kehilangan pekerjaan.
Laporan tersebut mencatat bahwa 51% pekerjaan domestik memiliki “eksposur tinggi” terhadap AI, namun hal itu tidak berarti bahwa AI dapat menggantikan pekerjaan tersebut.
Di antara semua pekerjaan, 24% memiliki eksposur AI yang tinggi tetapi juga saling melengkapi, yang berarti bahwa jika teknologi AI digunakan dengan baik, maka produktivitas dan upah diharapkan dapat meningkat.
Laporan tersebut mengatakan bahwa hal tersebut berlaku untuk dokter, profesor, dan profesional hukum.
Di sisi lain, 27% pekerjaan memiliki eksposur AI yang tinggi tetapi komplementaritasnya rendah, yang berarti teknologi dapat dengan mudah menggantikan pekerjaan-pekerjaan tersebut, serta mengarah ke upah yang lebih rendah atau pengangguran yang lebih tinggi.
Laporan tersebut mengatakan bahwa pekerja kantoran, tenaga penjualan telekomunikasi, dan ahli sistem komputer termasuk dalam kategori kedua ini.