Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Ekonomi

Bank Dunia Sebut Perkembangan Korsel Harus Diperhatikan Oleh Negara Berkembang

Write: 2024-08-02 15:33:43Update: 2024-08-02 16:46:09

Bank Dunia Sebut Perkembangan Korsel Harus Diperhatikan Oleh Negara Berkembang

Photo : YONHAP News

Bank Dunia merilis Laporan Perkembangan Dunia 2024 (World Development Report: middle-income trap) yang menyoroti kasus pertumbuhan Korea Selatan pada hari Kamis (01/08) waktu setempat.

Laporan Perkembangan Dunia 2024 menganalisis tentang 'perangkap pendapatan menengah (middle-income trap)' dimana negara-negara yang berusaha untuk keluar dari kategori negara berkembang gagal menjadi negara berpendapatan tinggi dan pertumbuhannya pun stagnan, serta menyebut Korea Selatan sebagai contoh negara yang berhasil melakukan tugas sesulit itu. 

Pendapatan per kapita Korea Selatan telah mencapai 33.000 dolar AS pada tahun lalu dari 1.200 dolar AS pada tahun 1960. 

Pertumbuhan Korea Selatan sempat melambat selama krisis valuta asing, namun pertumbuhan pesat terus berlanjut bahkan setelah melampaui standar negara-negara berpendapatan tinggi.

Laporan tersebut juga mengatakan bahwa Korea Selatan sebagai 'buku wajib dibaca' dan 'bintang super dalam perkembangan' serta menganalisis Negeri Ginseng itu mempunyai 'strategi 3i', yakni investasi, introduksi teknologi, dan inovasi.

Menurutnya, sejak awal pembangunan ekonomi, Korea Selatan memperluas investasi pada infrastruktur sosial dan memperkenalkan teknologi asing untuk meningkatkan produktivitas, serta melakukan inovasi dengan mereformasi sistem keuangan dan konglomerat setelah krisis valuta asing.

Laporan Bank Dunia itu menyimpulkan, seperti yang telah dilakukan oleh Korea Selatan, jika memasuki pasar, maka akan mengembangkan teknologi, dan berupaya mengalokasikan sumber daya secara efisien sehingga tidak terkonsentrasi pada perusahaan dominan, negara-negara dapat menjadi negara berpenghasilan tinggi.

Bank Dunia juga mengkhawatirkan bahwa penurunan perdagangan dan investasi yang terjadi akibat ketegangan geopolitik, populisme, dan peningkatan utang publik akan meredupkan prospek pertumbuhan negara-negara berpenghasilan menengah.

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >