Tren penurunan ekspor Korea Selatan terus dilanjutkan selama 8 bulan berturut-turut, jika ekspor di bulan Mei ini pun akan mengalami penurunan.
 
Selama 20 hari pertama pada bulan ini, tercatat volume ekspor Korea Selatan turun lebih dari 16% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Menurut data sementara dari Badan Pusat Bea Cukai Korea pada hari Senin (22/05), jumlah ekspor dibukukan sebesar 32,44 miliar dolar AS pada periode yang disebutkan. Angka tersebut turun 16,1% dari periode yang sama tahun lalu. Nilai ekspor rata-rata harian berdasarkan jumlah hari kerja juga ikut turun sebesar 13,2%.
 
Tren turunnya ekspor bulanan serupa terus berlanjut sejak bulan Oktober tahun lalu hingga April tahun ini.

Secara rinci, jumlah ekspor otomotif melonjak 54,7%, sedangkan ekspor semikonduktor dan produk minyak anjlok masing-masing 35,5% dan 33% dalam satu tahun.
 
Ekspor ke mitra dagang terbesar China, anjlok 23,4%, sementara ekspor ke Amerika Serikat pun mengalami penurunan 2%.
 
Sementara itu, jumlah impor juga turun sebesar 15,3% menjadi 36,74 miliar dolar AS selama periode yang sama. Hal tersebut mengakibatkan defisit perdagangan sebesar 4,34 miliar dolar AS.
 
Jika defisit perdagangan tercatat pada bulan Mei ini, maka defisit perdagangan itu akan mencatatkan defisit yang berkelanjutan selama 15 bulan berturut-turut. Defisit perdagangan berkepanjang tersebut merupakan yang pertama kali sejak bulan Januari tahun 1995 hingga Mei 1997 lalu.
     
Menanggapi kekhawatiran atas defisit perdagangan tersebut, Wakil Perdana Menteri urusan Perekonomian Korea Choo Kyung-ho mengatakan di hadapan parlemen pada hari Senin (22/05), setelah bulan Mei berlalu, difisit perdagangan itu diprediksi akan membaik. 

Disebutkan, di paruh kedua tahun ini, khususnya kuartal keempat tahun 2023, pasti akan terlihat kinerja eksternal yang sama sekali berbeda dengan kondisi saat ini.