Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengumumkan rencana investasi 2,8 miliar dolar AS untuk memperluas produksi bahan baku baterai dalam negeri dan membangun rantai pasokan yang stabil untuk mineral inti dengan negara-negara sekutunya.
Kantor Kepresidenan AS pada Rabu (19/10) waktu setempat mengatakan bahwa Kementerian Energi akan memberikan dana bantuan sebesar 2,8 miliar dolar AS kepada 20 produsen baterai di 12 negeri pada gelombang pertama sejalan dengan undang-undang investasi infrastruktur.
Sebanyak 9 miliar dolar AS, termasuk investasi masing-masing produsen penerima dana bantuan, akan dipakai untuk pengembangan dan pemroduksian bahan baku baterai mobil listrik seperti litium, nikel, silikon dioksida, dan sebagainya.
Menurut Gedung Putih, dari dana tersebut akan dihasilkan litium untuk dua juta unit mobil listrik pertahun dan akan membentuk basis produksi nikel dan grafit dalam jumlah yang memadai di dalam negeri.
Sejalan dengan itu, Presiden Joe Biden mengumumkan 'Inisiatif Bahan Baku Baterai Buatan Amerika', yang merupakan upaya tingkat pemerintah untuk mengamankan stabilitas mineral inti.
Inisiatif tersebut bertujuan untuk memperkuat rantai pasokan mineral inti dan keamanan energi bersama negara-negara sekutu dan mitra AS di seluruh dunia melalui 'Kemitraan infrastruktur dan Investasi Global (PGII)' yang dipimpin oleh Kantor Kepresidenan AS dengan melibatkan Kementerian Energi dan Kementerian Dalam Negeri.
PGII diumumkan pada Konferensi Tingkat Tinggi G7 pada Juni lalu untuk menginvestasikan dana senilai 600 miliar dolar AS hingga tahun 2027 untuk pengembangan infrastruktur di negara-negara berkembang. Gagasan ini diambil untuk menanggapi Inisiatif Sabuk dan Jalan China.
Upaya yang dipimpin AS ini membawa pada 'Kemitraan Keamanan Mineral Inti' yang dikutsertai oleh Korea Selatan, Australia, dan Jepang.
Terkait inisiatif yang diumumkan pada Rabu (19/10) waktu setempat tersebut, Gedung Putih mengungkapkan bahwa AS dan sekutunya saat ini belum menghasilkan mineral inti untuk teknologi energi bersih dan bahan baterai yang memadai akibat pematasan sebagian besar rantai pasokan mineral inti oleh China.
Ditambahkannya, jika tidak terdapat kemampuan penambangan, pengelolaan, dan daur ulang di dalam negeri, maka AS akan mengalami hambatan dalam pengembangan dan penerapan mobil listrik, sehingga terpaksa bergantung pada rantai pasokan asing yang tidak stabil.