Badan Energi Internasional (IEA) pada hari Selasa (01/03) waktu setempat sepakat untuk melepaskan sebanyak 60 juta barel minyak dari cadangan global, sebagai upaya untuk meringankan kendala pasokan minyak akhir-akhir ini.
Tiga puluh satu negara anggota IEA membuat keputusan tersebut dalam sebuah pertemuan secara virtual, menyebut bahwa langkah itu merupakan pesan keras yang menunjukkan persatuan bahwa pasar minyak global tidak akan mengalami gangguan pasokan energi akibat invasi Rusia ke Ukraina.
Ini menandai pertama kalinya anggota IEA setuju untuk melepaskan cadangan minyak sejak 2011 dan keempat kalinya langkah serupa dilaksanakan sejak badan tersebut memberlakukan sistem pelepasan minyak darurat pada tahun 1974.
Pelepasan cadangan minyak yang direncanakan tersebut, diperkirakan mencapai maksimum 15 kali lipat dari volume ekspor minyak harian Rusia, yakni sebesar empat hingga lima juta barel. Sekitar setengah dari jumlah tersebut, atau 30 juta barel, akan dilepaskan oleh Amerika Serikat.
Sementara itu, IEA berencana untuk mempertimbangkan pelepasan tambahan jika diperlukan.
Adapun, Menteri Perindustrian, Perdagangan dan Sumber Daya Korea Selatan Moon Seung-wook menyampaikan pada hari Rabu (02/03) bahwa pemerintah Seoul secara aktif bergabung dalam pelaksanaan pelepasan cadangan minyak strategis bersama komunitas internasional untuk menstabilkan pasar minyak, sebagai bagian dari upaya untuk menanggapi konflik militer di Ukraina.
Meski dengan adanya upaya internasional tersebut, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate melonjak lebih dari 10 persen menjadi 105,62 dolar AS per barel, berada di level tertinggi sejak Mei 2020.
Patokan harga minyak lainnya, minyak mentah Brent, mencatatkan 106,77 dolar AS per barel, juga menyentuh level tertinggi sejak Juli 2014.