Harian Jepang Yomiuri Shimbun melaporkan pada hari Senin (14/10/19) bahwa Amerika Serikat (AS) mengusulkan sejumlah imbalan sebagai langkah denuklirisasi Korea Utara dengan melonggarkan sejumlah sanksi ekonomi di dalam pertemuan tingkat kerja yang berlangsung di Stockholm, Swedia pada tanggal 5 Oktober lalu.
Menurut Yomiuri, usulan tersebut adalah penangguhan sementara untuk pelaksanaan larangan ekspor batu bara dan tekstil Korea Utara.
Batu bara dan tekstil adalah barang utama ekspor Korea Utara bersama biji besi, hasil laut, dan lainnya. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) memasukkan batu bara dan tekstil di dalam subyek larangan ekspor pada tahun 2017 lalu.
Yomiuri menyatakan bahwa sikap pemerintahan AS yang dipimpin oleh Presiden Trump tetap mempertahankan sanksi sampai denuklirisasi lengkap di Korea Utara dilaksanakan. Namun usulan untuk melonggarkan sejumlah sanksi sebelum denuklirisasi merupakan yang pertama kali dilontarkan.
Dalam pertemuan tanggal 5 Oktober lalu oleh Perwakilan Khusus Kebijakan terhadap Korea Utara di Kementerian Luar Negeri AS, Stephen Biegun dan Ketua delegasi Korea Utara untuk pembicaraan tingkat kerja dengan Amerika Serikat, Kim Myong-gil, AS mengusulkan agar Korea Utara menyerahkan segala senjata dan bahan nuklir kepada AS, dan membongkar seluruh fasilitas nuklir, senjata kimia dan biologis, rudal balistik, dan lainnya secara menyeluruh.
Ditambahkan pula, apabila dua hal itu dipenuhi oleh Korea Utara, AS akan melonggarkan sejumlah sanksi DK PBB, memberikan dukungan ekonomi dan kemanusiaan kepada Korea Utara, dan mengeluarkan deklarasi berakhirnya perang untuk menjami keamanan rezim Korea Utara.
Atas usulan AS tersebut, Korea Utara memprotes tinggi karena usulan-usulan itu terasa berlebihan, dan malah meminta sanksi terhadap mereka secara menyeluruh. Korea Utara juga menyatakan rasa tidak puas terhadap AS yang tidak memberikan kompensasi apapun atas langkah yang telah diambil Korea Utara hingga saat ini, seperti penghentian uji coba nuklir, peluncuran rudal balistik jarak jauh antar-benua (ICBM), peledakan lokasi uji coba nuklir di Punggyeri, dan sebagainya.
Korea Utara juga meminta untuk menghentikan pelaksanaan latihan militer gabungan antara Korea Selatan dan AS, penempatan senjata tercanggih AS di Korea Selatan, pengerahan pesawat pembom yang dilengkapi senjata nulir ke Semenanjung Korea, dan lainnya.
Yomiuri juga menambahkan bahwa AS menyatakan keprihatinan serius atas peluncuran rudal balistik berbasis kapal selam (SLBM) pada tanggal 2 Oktober lalu, yang tidak bermanfaat bagi dialog antara Korea Utara dan AS.
Sementara itu, AS juga mengusulkan untuk pembukaan KTT antara dua negara dalam tahun ini, namun Korea Utara tidak menerima usulan tersebut jika AS tidak mengambil langkah kompensasi secara bertahap.