Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump pada Sidang Umum PBB di New York pada hari Senin (23/9/19) waktu setempat, memimpin sebuah rapat terkait kebebasan agama, dan mendesak dunia untuk menghentikan penganiayaaan agama.
Dalam pidatonya, Presiden Trump mengatakan bahwa sekitar 80 persen dari populasi dunia, tengah tinggal di negara-negara dimana kebebasan beragama terancam, dibatasi dan bahkan dilarang.
Dia mengatakan bahwa AS dengan satu suara yang tegas, mendesak seluruh negara tersebut untuk mengakhiri penganiayaan-penganiayaan agama.
Trump meminta pemerintah setiap negara untuk seharusnya menghormati hak abadi dari hati nurani dan kepercayaan para penganut agama, dengan mengatakan bahwa sebagai presiden, melindungi kebebasan beragama adalah salah satu prioritas utamanya.
Dalam ajang hari ini, dia menyinggung beberapa kasus pelanggaran kebebasan beragama di dunia, termasuk ledakan gereja dan hotel di Sri Lanka, serta kasus penembakan di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru. Namun dia tidak menyinggung Korea Utara.
Dalam pidatonya, Wakil Presiden AS, Mike Pence dan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo juga tidak menyinggung Korea Utara, meskipun beberapa negara disebut melanggar kebebasan beragama, seperti Irak, China, dan Venezuela.