Banyak korban perbudakan syahwat tentara Jepang selama Perang Dunia II ternyata masih menderita gangguan stres pasca trauma.
Rumah Sakit Universitas Soon Chun Hyang mengumumkan hasil pemeriksaan yang dilakukan tim medis kesehatan jiwa pada 20 nenek korban perbudakan syahwat.
Menurut hasil pemeriksaan tersebut, 65% diantaranya menderita trauma dengan 90% menunjukkan trauma selama seumur hidup.
Tim peneliti menjelaskan presentas itu lebih tinggi daripada korban yang selamat dari Perang Dunia II atau pembasmian masal (holocaust) yang mencapai sekitar 40%.
Para pakar menyatakan hal tersebut terjadi karena nenek korban perbudakan syahwat mengalami perkosaan berulang pada usia anak dan remaja.
Hasil penelitian tersebut dimuat majalah internasional 'Psychiatry Investigation' edisi April.