Para peneliti telah menemukan bukti baru yang menunjukkan bahwa Jepang telah memanfaatkan para wanita Korea sebagai budak syahwat saat Perang Dunia II.

Jurnal perang militer, foto, dan artikel surat kabar AS terbitan bulan Maret 1946 untuk pertama kali menjadi penegasan resmi bahwa korban perbudakan syahwat militer Jepang juga dikirim ke suatu tempat di Federasi Mikronesia.

Dokumen tersebut menunjukkan bahwa 26 wanita Korea dan tiga anak-anak menaiki kapal pengawal milik Jepang, "The Ikino," dari Kepulauan Chuuk pada tanggal 17 Januari 1946 dan pulang ke pangkalannya setelah melintasi Jepang.

Salah satu dari 26 wanita tersebut adalah almarhum Lee Bok-sun, korban terdaftar dari perbudakan syahwat masa perang Jepang.
 
Penelitian ini dilakukan oleh Pemerintah Metropolitan Seoul dan Pusat Hak Asasi Manusia Universitas Nasional Seoul.