Sebuah lembaga penelitian nasional Korea Selatan memperkirakan 'krisis nuklir  ke-3 Korea Utara' dapat terjadi karena Korea Utara melakukan provokasi tingkat tinggi seperti uji coba nuklir ke-6, dan pemerintahan baru AS mengambil tindakan tegas atas hal tersebut. 

Hal itu termuat dalam laporan Lembaga Penelitian Strategis dan Keamanan Nasional di bawah Badan Intelijen Nasional Korea Selatan yang dikeluarkan pada hari Rabu (21/12/2016). Menurut laporan itu, Korea Utara diperkirakan akan mempercepat penempatan senjata nuklir secara praktis melalui uji coba nuklir ke-6 dan peluncuran rudal balistik pada tahun 2017. Oleh karena itu ketegangan hubungan dua Korea semakin tinggi.

Lembaga tersebut menyebutkan bahwa peluncuran rudal atau uji coba nuklir bisa terjadi pada HUT Kim Jong-un yang jatuh pada tanggal 8 Januari 2017, hari peluncuran pemerintahan Trump tanggal 20 Januari, hari perayaan 75 tahun HUT Kim Jong-il tanggal 16 Februari, atau hari perayaan 105 tahun HUT Kim Il-sung tanggal 15 April 2017.

Menurut laporan itu, apabila Korea Utara melakukan provokasi, pemerintahan Trump akan menjalankan diplomasi yang menekan Korea Utara, sehingga pertentangan antara AS dan Korea Utara terbentuk. Kondisi itu akan meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea dan akibatnya 'krisis nuklir ke-3' dapat muncul. 

Laporan tersebut juga memperkirakan bahwa Korea Utara akan melakukan berbagai tindakan teror termasuk teror di dunia maya untuk mengatasi krisis ekonomi mereka. 

Ditambahkan, Kim Jong-un telah mengeksekusi 140 orang pejabat partai dengan politik intimidasi. Kim akan terus memberi pesan peringatan, yaitu 'tidak ada penguasa kedua' dan terus memaksa agar setia pada dirinya.