Sebuah laporan eksklusif  KBS menunjukkan bahwa perusahaan Reckitt Benckiser (RB) telah menyadari bahaya bahan disinfektan pelembab udara produk perusahaan itu 4 tahun lalu. Namun mereka hanya mengakui tanggung jawabnya pada bulan Mei 2016, sekitar 4 tahun setelah sebuah laporan Badan Pengawasan dan Pengendalian Penyakit (CDC) menyalahkan perusahaan RB serta lainnya karena produk mereka telah menyebabkan penyakit paru-paru dan kematian. 

Dalam laporan yang di serahkan ke Reckitt Benckiser pada tahun 2012, WIL Reseach melaporkan hasil penelitiannya tentang pengaruh polyhexamethylene guanidine (PHMG) yaitu zat kimia yang terdapat pada bahan disinfektan pelembab udara yang mematikan itu, terhadap hewan.

WIL Research menemukan bahwa tikus yang terpapar PHMG dalam jumlah kecil menunjukkan gejala nekrosis, yaitu terjadinya kerusakan sel atau kematian sel secara prematur pada jaringan hidup. Tikus yang terpapar dengan PHMG yang lebih banyak mengalami nekrosis pada bagian hati. Dikatakan, semua 10 tikus yang menjadi bahan percobaan mati setelah terpapar PHMG dengan level tinggi. Beberapa tikur juga mengalami kematian sel di bagian lambung dan usus.

Laporan yang dikeluarkan WIL Research menunjukkan bahwa uji coba itu diminta oleh Grup Reckitt Benckiser, PLC. Kantor pusat RB di Inggris menghindar untuk menjawab permintaan tentang keselamatan uji coba PHMG.

Pada dua pemeriksaan putaran pertama oleh pemerintah Korea Selatan, ada sebanyak 221 orang yang menjadi korban sejak bahan pembunuh kuman berbentuk pelembab udara itu populer tahun 2011. Sembilan puluh lima diantaranya meninggal dunia, dan sebagian besar dari mereka dikatakan menggunakan produk Reckitt Benckiser Korea.