Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Kumpulan Isu

Kepemimpinan Xi Jingping Periode ke-3 dan Hubungan dengan Korsel

2022-10-29

Warta Berita

ⓒYONHAP News

Xi Jinping kembali terpilih sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis China untuk masa kepemimpinan ketiga dan kembali diangkat menjadi Ketua Komisi Militer Pusat China pada 23 Oktober lalu.


Kongres Partai Komunis China yang ditutup pada 22 Oktober meluncurkan Komite Sentral Partai ke-20 dan merombak 65 persen anggotanya. Sidang pleno pertama kemudian digelar pada tanggal 23 Oktober untuk membentuk kepemimpinan baru yang terdiri dari “Xi Jiajun”, atau orang-orang kepercayaan Presiden Xi Jinping. Selain Li Qiang, empat orang terdekat Xi diangkat sebagai anggota Komite Tetap Politbiro.


Dengan demikian, Presiden Xi mengamankan basis kekuatan pengambilan keputusan yang terkonsentrasi pada dirinya. Sebagaimana potensi pembentukan jajaran kepemimpinan baru untuk periode berikutnya telah diblokir melalui kongres kali ini, maka kepemimpinan Xi diperkirakan akan berlanjut bahkan setelah periode ke-3.


Xi diperkirakan akan mengambil kendali penuh atas “tiga kekuatan”, yaitu partai, pemerintah, dan militer, dengan memastikan dirinya akan terpilih sebagai presiden untuk tiga periode berturut-turut dalam dua pertemuan pada Maret tahun depan, yaitu Kongres Rakyat Nasional dan Konferensi Permusyawaratan Politik Rakyat China.


Perubahan dalam politik China inipun mempengaruhi Semenanjung Korea dan dunia. Tekad Presiden Xi untuk bersaing dengan Amerika Serikat dan unifikasi dengan Taiwan melalui kekuatan bersenjata tampak semakin kuat. Hubungan dengan Rusia dan Korea Utara pun dipererat. Inilah yang menyebabkan ‘Perang Dingin baru’ antara negara-negara Barat dan negara-negara otoriter di benua Eurasia termasuk China, Rusia, dan Korea Utara, semakin serius. Di tengah kondisi serupa, Korea Selatan dan Taiwan menjadi negara yang paling merasakan peningkatan ketegangan.


Sebagaimana kepemimpinan ke-3 Xi Jinping memperkuat sosialisme di China, risiko kemunduran reformasi dan keterbukaan China pun meningkat. Meskipun Presiden Xi berulang kali menegaskan reformasi dan keterbukaan, tetapi kebijakan yang ada, seperti 'kekayaan bersama' yang menekankan pembagian dan 'Guo jin min tui' yang memperkuat peran perusahaan milik negara dan membatasi perusahaan sipil, terus berlanjut.


Seiring dengan perubahan China ini, hubungan Korea Selatan dan China tampak akan menghadapi tahap baru. Dari bidang keamanan, dengan terpilihnya kembali Xi, Korea Utara diperkirakan akan semakin berani di bawah perlindungan China. Oleh karena itu, Korea Selatan harus memperkuat hubungan dengan AS, dan hubungan trilateral dengan AS dan Jepang untuk melawan provokasi Korea Utara.


Dari sisi ekonomi, Korea Selatan kemungkinan menghadapi kesulitan, sebagaimana China merupakan pasar ekspor terbesar Korea Selatan. Terlebih lagi, industri ekspor terbesar Korea Selatan akan semakin terguncang dengan upaya AS membatasi China melalui aliansi semikonduktor Chip 4.


Menghadapi kondisi serupa, pemerintah Korea Selatan perlu mengambil langkah penanggulangan yang lebih teliti di bidang keamanan dan ekonomi, meskipun konfrontasi yang semakin keras antara AS dan China semakin menekan posisi Korea Selatan.

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >