Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Budaya

Hwasandaegi – Oh Young-soo

2022-12-16

ⓒ Getty Images Bank

Sekitar waktu matahari tenggelam di awal bulan Maret, hujan rintik-rintik yang turun membasahi bunga yang tepat di saat itu sedang bermekaran terasa dingin bagi Hwasandaegi.

Bok-sul dengan jelas memberitahukan bahwa ini adalah rumahnya. Tetapi Hwasandaegi tidak berani memasuki rumah itu, ia hanya mengintip dengan ragu-ragu.

“Bukan ini. Bagaimanapun juga, ini tidak mungkin rumah biasa di mana putraku tinggal.”

Hwasandaegi bekerja memetik tanaman di musim semi dan memanen padi-padian di musim gugur untuk dijual di pasar pinggir jalan Gyeongju, yang berjarak 10 Ri dari desanya yang terpencil di pegunungan. Baginya, rumah dengan tembok yang tinggi, pagar yang dicat dan jendela kaca yang berkilau itu lebih menyerupai kantor umum, seperti kantor kelurahan di area pedesaan.

 

- Cuplikan program:



“Langit-langit kamar yang tinggi, jendela kaca, tembok putih yang terlihat dingin, dan lantai tikar tatami itu membuat Hwasandaegi kesulitan tidur. Ia merasa kesepian.

Ia berusaha keras untuk tidur, namun pikirannya telah berada di jalan setapak sela-sela hutan alder di balik bukit.

Ia berada di sebuah rumah tua beratap jerami dengan ladang jelai di halaman depannya. Tembok rumah dari tanah liat itu dinodai oleh goresan darah kepinding, menyerupai daun pohon bambu. Di ruangan dengan bau maeju yang menyengat, cucu-cucunya tertidur. Mereka tidur berguling-guling sesuka mereka tanpa celana. Putra sulungnya meletakkan semangkuk air daun baru cina di sampingnya dan merajut sepatu jerami, sementara istrinya membenahi lubang pakaian dengan tangannya yang kurus kering.

Di saat itu juga, Hwasandaegi ingin kembali ke tempat itu. Ia ingin meredakan batuk putra sulungnya dengan mengusap punggungnya, dan duduk berhadapan dengan menantunya dan mencurahkan seluruh isi hatinya dan menangis sepuasnya.”


휘높은 판자 천장이며 유리 바른 문이며,

싸늘해 보이는 횟가루 벽이며, 다다미방이 잠을 설레었다.

화산댁이는 자꾸만 쓸쓸했다.


애써 잠을 청해 본다.

그러나 잠 대신 화산댁이는 어느새 오리나무 숲 사이로 황토 고갯길을 넘고 있다.


보리밥이 곧 마당인 낡은 초가집이다.

빈대 피가 댓잎처럼 긁힌 토벽,

메주 뜨는 냄새가 코를 찌르는 갈자리 방에 아랫도리 벗은 손자들이 제멋대로 굴러 자고

쑥물 사발을 옆에 놓고 신을 삼고 있는 맏아들, 

갈퀴손으로 누더기를 깁고 있는 맏며느리,

화산댁이는 그만 당장이라도 뛰어가고 싶다.

아들의 등을 쓰담아 기침을 내려 주고

며느리와 무르팍을 맞대고 실컷 울고 나면 가슴이 후련해질 것만 같다.



Kota adalah tempat yang dingin bagi Hwasandaegi. Dalam cerita ini, kita dapat merasakan perbedaan dari kehidupan kota dan desa yang sangat kontras. Hwasandaegi mengenakan sepatu jerami yang ia buat sendiri, sementara putra bungsunya  mengenakan sepatu karet buatan pabrik. Rumah Hwasandaegi di desa memiliki lantai penghangat ondol, sementara rumah putra bungsunya di kota adalah rumah bergaya Jepang berlantai tikar tatami yang dingin. Kehidupannya bersama keluarga putra sulungnya di desa penuh dengan kehangatan, sementara keluarga putra bungsunya di kota bersikap dingin terhadapnya.



Bayangan cucu-cucunya yang ia tinggalkan di desa gunung melintas di depan matanya. Mereka menangis berebut kue biji pohon ek buatannya. Air mata pun mulai tergenang di kelopak matanya.

Saat mentari berada di pertengahan jalan menuju langit di atas, Hwasandaegi berjalan dengan langkah yang cepat menuju Gyeongju, membawa bingkisan kain yang sama, dan mengenakan sepasang sepatu jerami yang sama dengan sehari sebelumnya.


어느 새 화산댁이 눈앞에는 두메 손자들의 얼굴이 자꾸만 얼찐거렸다.

도토리떡을 흥흥거리고 엉겨들다 줴박히고 

떠밀려 찌그러지고 우는 얼굴들이었다.

화산댁이 눈시울에는 어느 새 눈물이 핑 돌았다.


해가 한 발쯤 돋았을 무렵,

어제와 꼭 같은 보퉁이를 들고 

어제와 꼭 같은 짚세기를 신은 화산댁이는

경주 가도를 향해 걸음을 빨리 하고 있었다.




Oh Young-soo (1911 – 1979)

    - lahir di Propinsi Gyeongsang Selatan

    - debut: cerita pendek “Anggur Liar” (1950)

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >