Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Budaya

Penjual Beras – Oh Yu-kwon

2022-11-04

ⓒ Getty Images Bank

Hari ini pun, sejak pagi pasar dipenuhi  oleh para penjual dan pembeli. Mereka menyambut kedatangan pasar yang digelar hanya setiap lima hari sekali itu dengan gembira. 


Ada mereka yang baru datang dan berebut mencari tempat dagang yang bagus, para pria yang berkeringat menuangkan beras dari karung-karung, mereka yang meneriakkan harga murah, dan ada pula pembeli yang mengeluhkan mahalnya harga beras dan meminta potongan harga. Di tengah keramaian itu, sesekali terdengar suara pria dengan logat yang kental berteriak, 


“Beras saya paling bagus. Butuh berapa doe?”


Setiap kali pria dengan logat utara yang kental itu mendekati pengunjung pasar, seorang pria, penjual bertubuh kurus, tidak dapat memendam kekesalannya.


- Cuplikan program



“Mari, mari! Beras murah! Hanya 220 untuk satu doe! Beras bagus!”    

Penjual kurus itu sangat mabuk dan berbicara tidak keruan. Sang penjual dari utara tersenyum lebar melihat tingkahnya.


Andaikan ia bisa melompat ke arah wajah sombong penjual dari utara itu dan menggigit hidungnya hingga sobek... Namun ia tidak dapat mengumpulkan keberaniannya. Pundak penjual dari utara yang lebar, serta lehernya yang pendek dan kekar itu membuatnya takut.


“Apa dia sedang tersenyum? Kita lihat saja nanti...”     


“자, 쌀들 사씨요.  막 싸구라 판이요잉...

 한 되에 이백 이십 환씩, 돌같이 깡깡한 쌀들 사씨요” 


바야흐로 거나한 술 기분으로 해 얼마든지 연거푸 외쳤다.

윗녁 사내가 넌지시 웃음을 머금고 이쪽을 건너다본다.


당장에 쫒아가 코라도 한 점 물어뜯어 주었으면 꼭 시원하겠다.

그러나 달려들 염만은 도무지 나지 않는 것이었다.

딱 벌어진 어깨와 기어들어가는 듯한 자라 멱에서

자기 모르는 중압감을 느끼곤 하는 것이었다.


“이 놈이 웃다니? ... 좌우간 두고 보자”



Penjual kurus itu membenci penjual dari utara karena lebih unggul dalam berdagang dari dirinya. Namun, sumber kebencian itu sebenarnya tidak datang dari dalam dirinya sendiri ataupun dari penjual asing dari utara itu, melainkan dari kesulitan hidup yang dihadapinya. Walau daerah pedesaan identik dengan kemiskinan, pada umumnya para petani adalah manusia yang berhati baik. Pada akhirnya, penjual kurus itu memutuskan untuk memaafkan penjual asing dari utara itu dan menerima tawarannya untuk minum bersama. Dalam sekejap, mereka dapat melupakan kekhawatiran hidup dan menikmati waktu bersama warga desa lainnya. 



Para penjual di pasar sedang menggulung tikar dan mengemas barang dagangan mereka. Penjual dari utara itu pun juga tengah mengibas-ngibaskan debu dari tikarnya. Seperti sedia kala, di  sudut pasar itu juga terlihat putra penjual kurus itu sedang menunggu kedatangan ayahnya. Penjual dari utara itu berjalan menghampiri mereka.    


“Pak, saya minta maaf telah membuat Bapak marah hari ini.”

“...”

“Mohon, maafkan saya.”

“Seharusnya kamu lebih tahu diri!”

“Datang ke tempat asing dan berusaha bertahan hidup mengubahku menjadi orang seperti itu.”    “Sepertinya kita sama-sama orang biasa...”

“Terima kasih, Pak. Bagaimana kalau kita minum bersama-sama?” 

“...”

“Ayolah, Pak..."    


윗녁 사내도 멍석을 떨고 있었다.

그리고 자기 전 머리에는 집의 아이가

언제나처럼 마중을 나와 있는 것이었다.

윗녁 사내가 이쪽으로 건너왔다.


“아저씨, 오늘은 많이 노하시게 해서 대단 죄송스럽습니다.” 


“.....”


“아저씨 십분 양해하십죠”


“그래도 사람이 경우가 있어야 쓸 것 아니요!” 


“타향에 와서 벌어먹고 산다는 게 그렇게 됐습니다” 


“허기야 그것은 피차 일반인 처지가 아니요만...” 


“감사합니다.  아저씨, 그러면 우리 가 약주나 한 잔씩 나누십시다” 


“....”


“가십시다....”




Oh Yu-kwon – (18 Agustus, 1928 – 14 Maret 1999)

    - lahir di Naju, Propinsi Jeolla Selatan

    - debut: cerita pendek “Dua Pengembara” (1957)

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >