Pergi ke Menu Pergi ke Halaman Utama
Go Top

Budaya

Apsantaryeong / Nolryang / Namdo Santaryeong

#Citra Musik Korea l 2022-10-21

Citra Musik Korea

Apsantaryeong / Nolryang / Namdo Santaryeong

Apsantaryeong

Jeongak adalah musik yang dinikmati para bangsawan dan orang-orang istana. Sedangkan rakyat biasa umumnya menikmati musik yang sekarang ini biasa disebut dengan minsokak, yang lagu-lagunya berupa jabga seperti pansori dan minyo. Dilihat dari cara menyanyikannya, lagu jabga dibagi lagi menjadi dua jenis, jwachang yang dinyanyikan oleh seorang penyanyi tunggal sambil duduk dan seonsori atau ibchang yang dinyanyikan dengan berdiri sambil menari-nari. Salah satu lagu jabga seonsori yang cukup terkenal adalah santaryeong. Lagu ini merupakan kumpulan dari beberapa lagu yang menceritakan keindahan pemandangan gunung Korea. Kumpulan lagu ini terdiri dari lagu Nolryang, Apsantaryeong, Dwitsantaryoeng, Jajinsantaryeong, dan lagu-lagu lainnya. Saat menyanyikan lagu ini, seorang pemimpin paduan yang disebut mogabi akan mulai bernyanyi dengan teriakan suara lantang dan diikuti penyanyi lain sambil menari dan memukul gendang kecil yang disebut sogo.


Nolryang

Pada akhir Dinasti Joseon, lagu-lagu santaryeong sangat terkenal di Kota Hanyang, nama lain dari Kota Seoul pada saat itu. Saat acara tradisi penyeberangan jembatan di bulan purnama awal tahun, orang-orang datang ke sungai untuk menyeberanginya dengan melewati jembatan. Mereka percaya bahwa dengan menyeberangi sungai itu, mereka akan dijauhkan dari segala penyakit selama setahun kedepan. Dan kalau menyeberang sebanyak 12 kali, mereka percaya dalam 12 bulan ke depan akan terhindar dari petaka. Maka dari itu, saat bulan purnama datang di awal tahun, orang-orang akan berbondong-bondong datang untuk menyeberangi sungai Cheonggyecheon yang dulu hanya ada 3 jembatan saja. Di tengah keramaian inilah para musisi hadir menghibur orang yang menyeberang dengan menyanyikan lagu-lagu santaryeong dan mendapat banyak uang.


Namdo Santaryeong

Sebagian besar wilayah Korea berupa pegunungan, jadi tidak aneh kalau banyak lagu-lagu tradisional yang bercerita tentang pegunungan. Orang-orang dari Provinsi Jeolla-do dulu menyanyikan lagu Namdo Santaryeong tiap mereka pergi ke ladang, menebang kayu di hutan atau saat mereka berkumpul untuk bersenang-senang. Lagu ini dimulai dengan ekspresi yang pilu dan sering digunakan untuk meratapi singkatnya hidup manusia. Liriknya berkisah tentang langit dan bumi yang tidak akan menua, bulan yang tidak akan mati, sementara manusia hanya hidup kira-kira selama seratus tahun saja. Itu pun di atas pegunungan yang sunyi dan sepi. Berikut adalah potongan lirik dari sebuah lagu santaryeong itu.


Bila kau kedinginan atau kepanasan, datanglah ke pelukanku.

Bila bantalmu terlalu tebal ataupun terlalu tipis sandarkanlah padaku.

Pilihan Editor

Close

Situs kami menggunakan cookie dan teknologi lainnya untuk memberikan Anda layanan yang lebih baik. Dengan terus menggunakan situs ini, Anda menyetujui penggunaan teknologi ini dan kebijakan kami. Detail >